MAKALAH
Dinamika Rotasi dan Keseimbangan
Benda Tegar
DISUSUN OLEH :
NAMA :
NIS :
KELAS :
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT Dzat penguasa alam semesta yang telah memberikan
taufiq, rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga saya dapat beraktivitas untuk
menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “ Rotasi Benda Tegar “ ini. Walaupun banyak isi dari
rangkuman karya ilmiah ini saya kutip langsung dari sumber. Tapi saya berharap
karya ilmiah ini dapat membantu dan menambah wawasan saudara-saudari yang ingin
lebih memahami atau mengetahui sekilas tentang “ Rotasi Benda Tegar “.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas fisika yang diberikan
oleh Bapak guru.
Makalah
ini berisi informasi tentang “ Rotasi Benda Tegar “. Yang kami
harapkan pembaca dapat mengertahui berbagai aspek yang berhubungan dengan rotasi benda tegar yang akan saya bahas ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, saya
ucapkan terimah kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Dan akhirnya semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pembaca
dan mendapat penilaian yang memuaskan. Terima kasih,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG .........................
2. RUMUSAN MASALAH
..........................
3. TUJUAN
PEMBELAJARAN ............................
BAB 2
PEMBAHASAN
A. MOMEN GAYA (TORSI) .................
B. MOMEN INERSIA .........................
C. HUBUNGAN ANTARA MOMEN GAYA DENGAN PERCEPATAN
SUDUT ....
D. ENERGI DAN USAHA GERAK ROTASI ................
BESERTA CONTOH SOALNYA
......................
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN .................
B. SARAN
.........................
C. DAFTAR PUSTAKA ............
BAB 1
PENDAHULUAN
A .
LATAR BELAKANG
Suatu benda tegar dapat
bergerak berputar / rotasi jika pada benda tersebut dikerjakan suatu gaya yang
tidak melalui pusat massa / poros benda tegar. Gaya yang dapat menyebabkan
suatu benda berotasi dinamakan momen gaya atau torsi.
Momen kopel adalah momen terhadap benda tegar yang dapat menyebabkan benda
tegar tersebut bergerak rotasi tetapi tidak dapat menyebabkan benda tegar
tersebut bergerak tranlasi. Momen kopel ditimbulkan oleh sepasang gaya pada
suatu benda besarnya slalu sama pada semua titik.
Pada gerak translasi, massa merupakan besaran yang menyatakan ukuran kelembaman
suatu benda. Sedangkan pada gerak rotasi, besaran untuk menyatakan ukuran
kelembaman suatu benda yang analog dengan massa adalah momen inersia yaitu
hasil kali massa partikel dengan kuadrat jarak partikel terhadap sumbu putarnya
/ porosnya.
Pada gerak rotasi, besaran yang analog dengan momentum pada gerak translasi
adalah momentum sudut. Besar momentum sudut yang dimiliki oleh benda yang
berotasi bergantung pada momen inersia dam kecepatan sudut yang dimiliki benda.
Momentum sudut adalah hasil kali momen inersia dengan kecepatan sudut.
B. RUMUSAN
MASALAH
Sebagian
besar gerak rotasi yang dialami benda tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi
ada sesuatu yang menyebabkan benda tersebut berotasi. Pada pembahasan ini akan
dipelajari bagaimana sebuah benda dapat berotasi dan apa yang menyebabkannya.
Beberapa besaran yang berkaitan dengan dinamika rotasi adalah momen gaya, momen
inersia, dan momentum sudut akan dipelari beserta contoh soal dan rumus rumus
yang berkaitan dengan dinamika rotasi. Dan akan dijelaskan satu persatu.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi pada makalah ini, diharapkan pembacaa
mampu menganalisis, menginterpretasikan, dan menyelesaikan permasalahan yang
terkait dengan konsep torsi, momentum sudut, momen inersia dalam cakupan hukum
Newton, serta dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB 2
PEMBAHASAN
τ = F.d =
F.r sin α ........................................... (6.1)
dengan:
τ = momen gaya (Nm)
F = gaya yang bekerja (N)
r = jarak atau lengan (m)
Momen gaya merupakan besaran vektor,sehingga persamaan
6.1 dapat dinyatakan dalam bentuk :
Momen gaya
total pada suatu benda yang disebabkan oleh dua buah gaya atau lebih yang
bekerja terhadap suatu proses dirumuskan:
Σ τ = τ1 + τ2 + τ3 + . . . + τn
Arah momen gaya (τ ) tegak lurus terhadap r dan F.
Jika r dan F terletak pada bidang yang
tegak lurus sumbu putar, maka vektor τ arahnya sepanjang sumbu putar menurut
kaidah tangan kanan seperti ditunjukkan pada Gambar 6.2. Genggaman jari
bertindak sebagai arah rotasi, dan ibu jari sebagai momen gaya.
Dua roda silinder dengan jari-jari r1 = 30 cm dan r2
= 50 cm disatukan dengan sumbu yang melewati pusat keduanya, seperti pada
gambar. Hitunglah momen gaya total pada roda gabungan!
Penyelesaian:
Diketahui:
r1 = 30 cm = 0,3 m
r2 = 50 cm = 0,5 m
F1 = -50 N (berlawanan arah jarum jam)
F2 = +50 N (searah jarum jam)
Ditanya: Στ = ... ?
Jawab:
Komponen gaya F2 yang tegak lurus r2
adalah: F2 sin 60o sehingga:
Στ = τ2 – τ1 = r2.F2 sin 60o – r1F1
= 0,5 x 50 x ( 12 √3 ) – (0,3 x 50) = 6,65 Nm2
I = m.r2 ............................................................. (6.3)
dengan:
I = momen inersia (kgm2)
m = massa benda (kg)
r = jarak partikel dari sumbu putar (m)
Jika terdapat sejumlah partikel yang melakukan gerak rotasi, maka
momen inersia total merupakan jumlah momen inersia setiap partikel.
I = Σm .r2 = m1.r12 +
m2.r22 + … + mn.rn2
................................... (6.4)
Apabila benda yang berotasi terdiri atas susunan partikel kontinu,
seperti benda tegar, maka momen inersia dihitung dengan metode integral sebagai
berikut:
I = ∫ r2 x dm
Besarnya momen inersia tergantung pada bentuk benda, jarak sumbu
putar ke pusat massa,
dan posisi benda relatif terhadap sumbu putar. Tabel 6.1 menunjukkan momen
inersia beberapa benda tegar.
Contoh soal
Empat buah partikel A, B, C, dan D masing-masing bermassa 200 gram,
350 gram, 400 gram, dan 150 gram disusun seperti gambar berikut ini.
Tentukan momen inersia sistem di atas terhadap pusat rotasi
melalui ujung batang!
Penyelesaian:
Diketahui : mA =
200 gram = 0,2 kg OA = 20 cm = 0,2 m
mB = 350 gram = 0,35 kg OB = 30 cm = 0,3 m
Ditanya : I = ... ?
Jawab:
I = ( mA.OA2 ) + ( mB.OB2
) + ( mC.OC2 ) + ( mD.OD2 )
= ( 0,2 x (0,2)2 ) + ( 0,35 x (0,3)2 ) + ( 0,4 x (0,45)2 ) + (0,15
x (0,6)2 )
= ( 8 x 10-3 ) + ( 31,5 x 10-3 ) + ( 81 x 10-3 ) + (54 x 10-3 )
= 174,5 x 10-3 kgm2 = 0,17 kgm2
Gambar 6.4 menunjukkan sebuah
partikel dengan massa m berotasi membentuk lingkaran dengan jari-jari r
akibat pengaruh gaya tangensial F.
Berdasarkan Hukum II Newton, maka :
F = m.at ............................................................
(6.5)
Jika kedua sisi dikalikan r, maka:
r.F = r (m.at)
Karena momen gaya τ = r.F dan percepatan tangensial at
= r. α , maka: r.F = r.m.r. α
r.F = m.r2. α
τ = m.r2. α
Mengingat I = m.r2, maka:
τ = I.
α............................................................. (6.6)
dengan:
τ = momen gaya (Nm)
I = momen inersia (kgm2)
α= percepatan sudut (rad/s2)
Persamaan (6.6) merupakan rumusan Hukum
II Newton pada gerak rotasi.
Contoh Soal
Sebuah roda berbentuk cakram homogen dengan jari-jari 50 cm dan
massa 200 kg. Jika momen gaya yang bekerja pada roda 250 Nm, hitunglah
percepatan sudut roda tersebut!
Penyelesaian:
Diketahui : r = 50 cm = 0,5 m
m = 200 kg
τ = 250 Nm
Ditanya : α = … ?
Jawab : I = ½ m.r2 = ½ (200) (0,5)2 = 25 kg m2
τ = I. α
250 = 25 . α
α = 10 rad/s2
Jadi,percepatan
sudut roda sebesar 10 rad/s2
Setiap benda bergerak memiliki energi kinetik. Pada saat berotasi,
benda memiliki energi gerak yang disebut energi kinetik rotasi, yang besarnya:
Ek = ½ m.v²
Kecepatan linier, v = r. ω ,
maka: Ek =½ m(r. ω)² = ½ m.r2. ω2
Karena m.r2 = I, maka energi kinetik rotasi adalah:
Ek = ½ I. ω²
..................................................... (6.7)
Untuk benda yang bergerak menggelinding di atas bidang seperti
pada Gambar 6.5, benda mengalami dua gerakan sekaligus yaitu gerak rotasi
terhadap sumbu bola dan gerak translasi terhadap bidang.
Besarnya energi kinetik yang dimiliki benda merupakan jumlah energi
kinetik rotasi dengan energi kinetik translasi, sehingga dirumuskan:
Ek = EkR + EkT
Ek = ½ I . ω² + ½ m.v² ............................................
(6.8)
Perhatikan Gambar 6.6. Usaha yang dilakukan pada benda yang
berotasi dapat ditentukan berikut ini. Sebuah roda berotasi pada sumbu tetap
dalam selang waktu Δt, sebuah titik pada roda tersebut menempuh sudut θ
dan lintasan sejauh s. Usaha yang dilakukan gaya F adalah:
Karena s = r. θ dan τ = r.F, maka:
W = τ . θ .........................................................
(6.9)
dengan:
W = usaha ( J)
τ = momen gaya (Nm2)
θ = sudut yang ditempuh
Usaha yang dilakukan oleh momen gaya sama dengan perubahan energi
kinetik rotasi :
W = ΔEkrot =½ I x ω2²
– I x ω1²........................... (6.10)
Contoh Soal
Sebuah bola pejal dengan massa 10 kg dan jari-jari 20
cm berada pada bidang datar licin. Bola menggelinding dengan kelajuan linier 5
m/s dan kecepatan sudut 6 rad/s. Tentukan energi kinetik total!
Penyelesaian:
Diketahui : m = 10 kg ; r = 20 cm ; v =
5 m/s; ω = 6 rad/s
Ditanya : Ek = … ?
Jawab : I = 25 𝑚 .𝑟2= 25 (10)(0,2)2=0,16 𝑘𝑔𝑚²
Ek = EkT + EkR = 12 𝐼.𝜔2+ 12 𝑚.𝑣²
= 12 (10)(5)2+ 12 (0,16)(6)2=(125+2,88) J = 127,88 J
BAB 3
PENUTUP
A .KESIMPULAN /
RANGKUMAN
§ Momen
gaya atau torsi didefinisikan sebagai hasil kali gaya dengan jarak titik ke
garis kerja gaya.
τ = F.d = r x F = F . r sin α
§ Momen
Inersia sebuah partikel yang berotasi terhadap sumbu tertentu dengan jari jari
r adalah I = m.r2
Untuk benda tegar yang massanya terdisribusi kontinyu, momen
inersia dihitung dengan metode intergal :
I = ∫ r2 x dm
§ Momen gaya adalah
penyebab gerak rotasi. Hubungan antara momen gaya dengan percepatan sudut
adalah :
τ = I. Α
§ Energi kinetik rotasi adalah energi yang dimiliki oleh benda yang
melakukan gerak rotasi.
Ek = ½ I. ω²
Untuk benda yang mengalami gerak rotasi dan translasi
(menggelinding), besarnya energi kinetik benda adalah:
Ek = EkR + EkT
Ek = ½ I . ω² + ½ m.v²
§ Usaha
yang dilakukan oleh benda yang berotasi adalah:
W = τ
. θ
§ Usaha juga merupakan perubahan energi kinetik rotasi:
W =½ I x ω2²
– I x ω1²
B. SARAN
a.
b.
DAFTAR
PUSTAKA
Alan Isaacs. 1994. Kamus Lengkap Fisika, terjemahan
Danusantoso. Jakarta: Erlangga.
Haryadi Bambang. 2009. Fisika SMA Kelas XI. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Esvandiari. 2006. Smart Fisika SMA.
Jakarta: Puspa Swara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar