Minggu, 31 Januari 2016

MAKALAH PENERAPAN ILMU FISIKA DALAM KEHIDUPAN SEHARI - HARI



Makalah fisika



Disusun oleh :
Nama :
Kelas  : 
Nis      :



APLIKASI FISIKA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Banyak orang yang beranggapan bahwa Fisika hanya sekedar ilmu biasa yang hanya mempelajari ilmu alam tanpa ada penerapannya. Terutama masih banyak orang yang beranggapan bahwa Fisika hanya mempelajari rumus. Dan tak sedikit yang  tidak menyadari bahwa banyak peristiwa bahkan hal-hal yang sangat dekat dengan kita melibatkan ilmu Fisika. Bahkan Fisika merupakan ilmu dasar yang sangat dibutuhkan oleh cabang ilmu-ilmu lain. Mengapa Fisika sangat penting dalam kehidupan kita? Tentu karena banyak peristiwa dalam kehidupan kita yang melibatkan ilmu Fisika baik kita sadari maupun tan.pa kita sadari. Semakin kita memahami Fisika kita akan mengetahui bahwa Fisika mempunyai cakupan yang luas. Berikut adalah contoh aplikasi ilmu Fisika dalam kehidupan sehari-hari.

Aplikasi Gerak Lurus Beraturan

Gerak  Lurus Beraturan (GLB) merupakan gerak yang memiliki kecepatan yang konstan. Walaupun GLB sulitditemukan dalam kehidupan sehari-hari, karena biasanya kecepatan gerak benda selalu berubah-ubah. Misalnya ketika dirimu mengendarai sepeda motor atau mobil, laju mobil pasti selalu berubah-ubah. Ketika ada kendaraan di depan, pasti kecepatan kendaraan akan segera dikurangi. Hal ini agar kita tidak tabrakan dengan pengendara lain, terutama jika kondisi jalan yang ramai. Lain lagi jika kondisi jalan yang tikungan dan rusak.

C
ontoh kedua:
kendaraan yang melewati jalan tol. Walaupun terdapat tikungan pada jalan tol, kendaraan beroda bisa melakukan GLB pada jalan tol hal ini jika lintasan tol lurus. Kendaraan yang bergerak pada jalan tol juga kadang mempunyai kecepatan yang tetap.

Contoh kedua,
gerakan kereta api atau kereta listrik di atas rel. Lintasan rel kereta kadang lurus, walaupun jaraknya hanya beberapa kilometer. Kereta api melakukan GLB ketika bergerak di atas lintasan rel yang lurus tersebut dengan laju tetap.

Contoh ketiga :
kapal laut yang menyeberangi lautan atau samudera. Ketika melewati laut lepas, kapal laut biasanya bergerak pada lintasan yang lurus dengan kecepatan tetap. Ketika hendak tiba di pelabuhan tujuan, biasanya kapal baru mengubah haluan dan mengurangi kecepatannya.

Contoh keempat
: gerakan pesawat terbang. Pesawat terbang juga biasa melakukan GLB. Setelah lepas landas, pesawat terbang biasanya bergerak pada lintasan lurus dengan dengan laju tetap. Walaupun demikian, pesawat juga mengubah arah geraknya ketika hendak tiba di bandara tujuan.

Aplikasi GLBB dalam kehidupan sehari-hari
.

GLBB merupakan gerak lurus berubah beraturan. Berubah beraturan maksudnya kecepatan gerak benda bertambah secara teratur atau berkurang secara teratur. Perubahan kecepatan tersebut dinamakan percepatan. Secara awam sangat r menemukan benda yang melakukan gerak lurus berubah beraturan. Pada kasus kendaraan beroda misalnya, ketika mulai bergerak dari keadaan diam, pengendara biasanya menekan pedal gas (mobil dkk) atau menarik pedal gas (motor dkk). Pedal gas tersebut biasanya tidak ditekan atau ditarik dengan teratur sehingga walaupun kendaraan kelihatannya mulai bergerak dengan percepatan tertentu, besar percepatannya tidak tetap alias selalu berubah-ubah. Contoh GLBB dalam kehidupan sehari-hari pada gerak horisontal alias mendatar nyaris tidak ada.

Contoh GLBB yang selalu kita jumpai dalam kehidupan hanya gerak jatuh bebas. Pada gerak umit menemukan aplikasi GLBB dalam kehidupan sehari-hari.jatuh bebas, yang bekerja hanya percepatan gravitasi dan besar percepatan gravitasi bernilai tetap. Tapi dengan penerapa ilmu fisika, GLBB dapat ditemukan dalam kegiatan kita sehari-hari. Contohnya buah mangga yang lezat atau buah kelapa yang jatuh dari pohonnya.Jika kita pernah jatuh dari atap rumah tanpa sadar kita juga melakukan GLBB.

Aplikasi gerak vertikal dalam kehidupan sehari-hari :

Gerak vertikal terdiri dari dua jenis, yakni gerak vertikal ke atas dan gerak vertikal ke bawah. Benda melakukan gerak vertikal ke atas atau ke bawah jika lintasan gerak benda lurus. Kalau lintasan miring, gerakan benda tersebut termasuk gerak parabola. Aplikasi gerak vertikal dalam kehidupan sehari-hari misalnya ketika kita melempar sesuatu tegak lurus ke bawah (permukaan tanah), ini termasuk gerak vertikal.

Aplikasi gelombang elektromagnetik:

Saat ini hampir semua orang memiliki peralatan yang satu ini. Dia begitu kecil yang bisa dengan nyaman diletakkan di dalam saku, namun dianggap memiliki fungsi yang sangat besar terutama untuk berkomunikasi. Benda itu adalah sebuah ponsel (telepon seluler). Saat ini ponsel tidak hanya digunakan untuk menelpon saja tetapi juga untuk fungsi lain seperti mengirim dan menerima pesan singkat (sms), mendengarkan musik, atau mengambil foto. Bagaimana perangkat ponsel dapat terhubung dengan perangkat ponsel yang lain padahal mereka saling berjauhan? Konsep yang bisa menjelaskan fenomena ini adalah konsep gelombang elektromagnetik. Konsep gelombang elektromagnetik ternyata sangat luas tidak hanya berkaitan dengan TV atau ponsel saja, melainkan banyak aplikasi lain yang bisa sering kita temukan sehari-hari di sekitar kita. Aplikasi tersebut meliputi microwave, radio, radar, atau sinar-x. Selain itu karya Röntgen yang mengantarkan dirinya mendapatkan hadiah nobel fisika pada 1901 ini akan menjadi sebuah alat yang sangat berguna sekali dalam kedokteran. Sinar-X itulah sebuah fenomena yang ditemukan oleh Roentgen pada laboratoriumnya. Sebuah fenomena yang kemudian menjadi awal pencitraan medis (medical imaging) pertama, tangan kiri istrinya menjadi uji coba eksperimen penemuan ini. Inilah menjadi titik awal penggunaan pencitraan medis untuk mengetahui struktur jaringan manusia tanpa melalui pembedahan terlebih dahulu. Penemuan ini juga menjadi titik awal perkembangan fisika medis di dunia, yang menkonsentrasikan aplikasi ilmu fisika dalam bidang kedokteran.

Eksperimen Röntgen terhadap tangan istrinya, menjadi inspirasi produksi alat yang dapat membantu dokter dalam diagnosa terhadap pasien, dengan mengetahui citra tubuh manusia. Citra atau gambar yang dihasilkan dari sinar-X ini sifatnya adalah membuat gambar 2 dimensi dari organ tubuh yang dicitrakan dengan memanfatkan konsep atenuasi berkas radiasi pada saat berinterakasi dengan materi. Gambar atau citra objek yang diinginkan kemudian direkam dalam media yang kemudian dikenal sebagai film. Dari Gambar yang diproduksi di film inilah informasi medis dapat digali sesuai dengan kebutuhan klinis yang akan dianalisis.

Setelah puluhan tahun sinar-X ini mendominasi dunia kedokteran, terdapat kelemahan yaitu objek organ tubuh kita 3 dimensi dipetakan dalam gambar 2 dimensi. Sehingga akan terjadi saling tumpah tindih stukur yang dipetakan, secara klinis informasi yang direkam di film dapat terdistorsi. Inilah tantangan berikutnya bagi fisikawan untuk berkreasi. Tahun 1971, seorang fisikwan bernama Hounsfield memperkenalkan sebuah hasil invensinya yang dikenal dengan
Computerized Tomography
atau yang lazim dikenal dengan nama CT Scan. Invensi Hounsfield ini menjawab tantangan kelemahan citra sinar-X konvensional yaitu CT dapat dapat mencitrakan objek dalam 3 Dimensi yang tersusun atas irisan-irisan gambar (tomography) yang dihasilkan dari perhitungan algoritma(bahasa program) komputer. Karya Hounsfield ini menjadi revolusi besar-besaraan dalam dunia pencitraan medis atau kedokteran yang merupakan rangkaian yang berkaitan. Citra/gambar hasil CT dapat menujukan struktur tubuh kita secara 3 dimensi, sehingga secara medis dapat dijadikan sebagai sebuah alat bantu untuk penegakkan diagnosa yang dibutuhkan. Untuk mengabadikan penemunya dalam CT terdapat bilangan CT atau
Hounsfield Unit (HU)
, namun penemuan ini juga meruapakan jasa Radon dan Cormack.

Tahun 1990an, lahir kembali sebuah perangkat yang dikenal dengan nama
Magnetic Resonance Imaging
. Perangkat ini invensi yang tidak kalah hebatnya dengan CT, karena menggunakan sistem fisika yang berbeda. MRI istilah kerennya menggunakan pemanfaatan aktivitas fisis spin tubuh manusia pada saat berada dalam medan magnet yang kuat dan kemudian dengan sistem gangguan gelombang radio yang sama dengan frekuensi Larmor, menghasilkan sebuah sinyal listrik. Sinyal inilah yang dikenal dengan
Free Induction Decay
yang kemudian dievaluasi dengan Transformasi Fourier menjadi citra 3 Dimensi. Invensi ini juga sangat fenomenal, karena terobosan baru yang tidak menggunakan radiasi pengion seperti CT dan sinar Roentgen untuk dapat menghasilkan sebuah citra dengan resolusi yang yang sangat baik dalam mencitrakan stuktur tubuh manusia khususnya organ kepala. Inventor MRI mendapat ganjaran hadiah nobel bidang fisologi dan kedokteran tahun 2003.

Inilah sekelumit peranan fisika yang yang sangat revlusioner mengubah dunia kedokteran menjadi modern. Tanpa lahirnya sinar-X, CT, dan MR bagaimana kita dapat mengetahui posisi kelainan yang ada ditubuh kita bagian dalam atau kanker? Dengan karya fisikawan, insiyur, ahli komputer munculah sebuah teknologi yang digunakan untuk penegakkan diagnosa. Banyak teknologi lain yang dikembangkan oleh para fisikawan dan ilmuwan lain untuk kedokteran seperti halnya ultrasonografi, linear accelerator untuk radioterapi, dan juga CT dan USG 4 Dimensi.

Aplikasi energi(nuklir) dalam kehidupan sehari-hari:

Teknologi dan teknik penggunaan nuklir dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang besar untuk pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Misalnya, nuklir dapat digunakan di bidang pertanian, seperti pemuliaan tanaman Sorgum dan Gandum dengan melalui metode induksi mutasi dengan sinar Gamma.

Di bidang kedokteran, teknik nuklir memberikan kontribusi yang tidak kalah besar, yaitu,
terapi three dimensional conformal radiotherapy
(3D-CRT), yang dapat mengembangkan metode pembedahan dengan menggunakan radiasi pengion sebagai pisau bedahnya. Dengan teknik ini, kasus-kasus tumor ganas yang sulit dijangkau dengan pisau bedah konvensional menjadi dapat diatasi, bahkan tanpa merusak jaringan lainnya.

Di bidang energi, nuklir dapat berperan sebagai penghasil energi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). PLTN dapat menghasilkan energi yang lebih besar dibandingkan pembangkit

Aplikasi hukum Newton:

Hukum  1 newton :
sebuah benda mempertahankan kedudukannya
contoh : jika kita dalam sebuah mobil saat mobil itu tiba2 maju badan kita tba2 terdorong
ke belakang

Hukum  2 newton :

kita berada dalam lift

hukum 3 newton :
ini merupakan gaya aksi = reaksi
contoh : saat kita menekan papan tulis (aksi) maka papan tulis memberikan reaksi , bila
aksi lebih besar dari pada reaksi maka papan tulis akan rusak dan sebaliknya

Kamis, 28 Januari 2016

TATA NAMA SENYAWA ORGANIK

Prinsip dasar

Tatanama IUPAC menggunakan sejumlah awalan, akhiran, dan sisipan untuk mendeskripsikan jenis dan posisi gugus fungsi pada suatu senyawa.
Pada kebanyakan senyawa, penamaan dapat dimulai dengan menentukan rantai hidrokarbon Ingold Prelog jika ambiguitas masih saja ada pada struktur rantai hidrokarbon induk. Nama dari rantai induk dimodifikasi dengan akhiran gugus fungsi yang memiliki prioritas tertinggi, sedangkan gugus fungsi sisanya diindikasikan dengan awalan yang dinomori dan disusun secara alfabetis.
Dalam kebanyakan kasus, penamaan yang tidak mengikuti kaidah penamaan yang baik dan benar bisa menghasilkan nama yang masih bisa dimengerti strukturnya — tentu saja penamaan yang baik dan benar direkomendasikan untuk menghindari ambiguitas.
Sebagai contoh nama senyawa ]] induk dan mengidentifikasi gugus fungsi pada molekul tersebut. Penomoran alkana induk dilakukan dengan menggunakan [[kaidah prioritas Cahn
NH2CH2CH2OH
jika mengikuti aturan kaidah prioritas Cahn Ingold Prelog adalah 2-aminoetanol. Namun nama 2-hidroksietanaamina juga secara jelas merujuk pada senyawa yang sama.
Nama senyawa diatas dikonstruksi dengan cara sebagai berikut:
  1. Terdapat dua karbon pada rantai induk, maka diberi nama dasar "et"
  2. Karbon-karbon pada senyawa tersebut berikatan tunggal, maka diberi akhiran "an"
  3. Terdapat dua gugus fungsi pada senyawa tersebut, yakni alkohol (OH) dan amina (NH2). Alkohol memiliki nomor atom dan prioritas yang lebih tinggi dari amina, dan akhiran dari alkohol adalah "ol", maka akhiran majemuk yang terbentuk adalah "anol".
  4. Gugus amina tidak berada pada satu karbon yang sama dengan gugus OH (karbon nomor 1), namun melekat pada karbon nomor 2, oleh karena itu ia diidentifikasikan dengan awalan "2-amino".
  5. Setelah awalan, nama dasar, dan akhirannya digabung, kita mendapat "2-aminoetanol".
Terdapat pula sistem penamaan lama untuk senyawa organik, dikenal sebagai tatanama umum, yang sering digunakan untuk menamakan senyawa yang sederhana maupun senyawa yang sangat kompleks sehingga nama IUPAC menjadi sangat panjang untuk digunakan.

Alkana

Alkana yang berantai tunggal memiliki akhiran "-ana" dan diberikan awalan tergantung pada jumlah atom dalam rantai tersebut mengikuti aturan imbuhan pengganda IUPAC:
Jumlah karbon1234567891011121314152030
AwalanMet-Et-Prop-But-Pent-Heks-Hept-Okt-Non-Dek-Undek-Dodek-Tridek-Tetradek-Pentadek-Eikos-Triakont
Sebagai contoh alkana paling sederhana CH4 adalah metana dan alkana berkarbon sembilan CH3(CH2)7CH3 adalah nonana. Hal yang sama juga berlaku pada alkana berkarbon 157 CH3(CH2)155CH3, dinamakan heptapentahektana.
Tanda kurung digunakan untuk mengindikasikan pengulangan dari molekul yang dikurung, (CH2)155 mengindikasikan sebuah molekul yang terdiri dari 155 rantai CH2.
Alkana siklik diberi nama dengan menggunakan awalan "siklo-", sebagai contoh C4H8 dinamakan siklobutana dan C6H12 dinamakan sikloheksana
IUPAC-alkane-1_Indo.svgIUPAC-alkane-2_Indo.svg
Alkana bercabang dinamakan dengan menggunakan nama alkana berantai tunggal yang dilekatkan gugus alkil. Gugus alkil ini diberi awalan angka yang mengindikasikan di mana ia melekat pada karbon tertentu. Gugus alkil ini diberi sisipan "-il-". Sebagai contoh (CH3)2CHCH3 bisa dianggap sebagai rantai propana yang dilekatkan dua gugus metil di karbon nomor 2. Senyawa ini diberi nama 2-metilpropana. Awalan angka dapat dihapus jika ia tidak menimbulkan ambiguitas, jadi 2-metilpropana ditulis sebagai metilpropana (struktur 1-metilpropana adalah identik dengan butana).
Jika terdapat ambiguitas dalam posisi substituen, yakni karbon mana yang dinomori sebagai "1", dipilih penomoran dengan angka yang paling kecil. Sebagai contoh, (CH3)2CHCH2CH3 (isopentana) dinamakan 2-metilbutana, bukan not 3-metilbutana. Oleh karena tidak ada struktur lain yang bernama metilbutana kecuali 3-metilbutana, awalan angka 3 ini dapat dihapus.
IUPAC-alkane-3 Indo.svg
Jika terdapat cabang-cabang rantai dengan alkil yang sama, posisi mereka dipisahkan dengan koma dan diberi awalan di-, tri-, tetra-, dsb., tergantung pada jumlah cabang tersebut, contohnya C(CH3)4 dinamakan 2,2-dimetilpropana. Jika terdapat gugus alkil yang berbeda, maka mereka disusun menurut susunan abjad dan dipisahkan dengan koma maupun tanda hubung: 3-etil-4-metilheksana. Dalam hal ini rantai induk diambil dari rantai yang paling panjang, oleh karena itu 2,3-dietilpentana adalah nama yang salah. Awalan di-, tri-, dsb tidak dihiraukan ketika kita mengurutkan gugus alkil (contohnya 3-etil-2,4-dimetilpentana, bukan 2,4-dimetil-3-etilpentana). Jika terdapat beberapa kemungkinan rantai paling panjang, maka rantai yang memililki cabang terbanyaklah yang digunakan.
IUPAC-alkane-4_Indo.svgIUPAC-alkane-5_Indo.svg
Sub-cabang dari rantai samping diberikan imbuhan sesuai dengan sistem penomoran sekunder pada cabang samping, penomoran dimulai dari titik cabang rantai utama dan seluruh rantai samping dikurung dan dianggap sebagai substituen tunggal. Contohnya 4-(1-metiletil)oktana adalah rantai oktana dengan cabang rantai di karbon nomor 4, cabang tersebut terdiri dari gugus etil dengan gugus metil yang melekat pada cabang etil.

Alkena dan Alkuna

IUPAC-alkene Indo.svg
Alkena dinamakan dari rantai induk alkana dengan akhiran "-ena" dan awalan angka yang mengindikasikan posisi ikatan rangkap karbon pada rantai: CH2=CHCH2CH3 dinamakan 1-butena. Etena (etilena) dan propena (propilena) tidak memerlukan imbuhan angka karena tidak ada kemungkinan terjadinya ambiguasi pada struktur senyawa. Sama seperti kaidah sebelumnya, nomor yang diambil adalah nomor yang paling kecil.
Ikatan rangkap yang lebih dari satu diberikan imbuhan majemuk -adiena, -atriena, dll. sesuai dengan berapa banyaknya ikatan rangkap tersebut: CH2=CHCH=CH2 dinamakan 1,3-butadiena. Isomer cis dan trans diindikasikan dengan awalan cis- atau trans-cis-2-butena, trans-2-butena. Isomer geometrik lainnya yang lebih rumit dapat diindikasikan dengan menggunakan kaidah prioritas Cahn Ingold Prelog.
IUPAC-alkyne Indo.svg
Alkuna dinamakan dengan cara yang sama dengan alkena, namun dengan akhiran "-una" yang mengindikasikan ikatan rangkap tiga, misalnya etuna dan propuna.

Gugus fungsi

GolonganStrukturTatanama IUPACTatanama IUPA untuk rantai siklik
(jika beda dari rantai lurus)
Tatanama umum
Gugus alkilR—Alkil-Alkil
HalogenR—X (halogen)Halo'alkana-Alkil halida
AlkoholR—OHAlkanol-Alkil alkohol
AminaR—NH2Alkamina/Amino Alkana-Alkil amina
Asam karboksilatCarboxylic-acid.svgAsam (Alk + 1)anoatAsam sikloalkanakarbosilat-
AldehidaAldehyde2.pngAlkanalSikloalkanakarbaldehida-
KetonKetone-displayed.pngAlkanon-Alk(1)il Alk(2)il keton
ThiolR—SHAlkanathiol--
AmidaAmide-(primary)-skeletal.png(Alk + 1)anamidaSikloalkanakarboksamida-
EterR1—O—R2alkoksialkana-Alk(1)il Alk(2)il eter
EsterEster-general.pngAlk(1)il Alk(2)anoatAlk(1)il Sikloalk(2)anakarboksilatAlk(1)il (Alk + 1)(2)anoat

Alkohol

IUPAC-alcohol-1 Indo.svg
Alkohol (R-OH) dinamakan dengan menghilangkan huruf paling akhir "a" dari alkana dan dipasangkan dengan akhiran "-ol" dengan imbuhan angka yang mengindikasikan posisi ikatan gugus alkohol: CH3CH2CH2OH dinamakan 1-propanol. (Metanol dan etanol tidak memerlukan imbuhan angka karena tidak ada ambiguasi dalam strukturnya). Akhiran -diol, -triol, -tetraol, dll. digunakan jika gugus alkohol dalam suatu senyawa lebih dari satu: Etilena glikolCH2OHCH2OH dinamakan 1,2-etanadiol.
IUPAC-alcohol-2 Indo.svg
Jika terdapat gugus fungsi lain yang memiliki prioritas lebih tinggi, maka awalan "hidroksi" digunakan untuk mengindikasikan gugus fungsi alkohol: CH3CHOHCOOH dinamakan asam 2-hidroksipropanoat.

Halogens (Alkil Halida)

IUPAC-haloalkane-Indo.svg
Gugus fungsi Halogen diawali dengan kata-kata fluoro-, kloro-, bromo-, iodo-, dll., tergantung dari halogennya. Gugus yang lebih dari satu dinamai dikloro-, trikloro-, etc., dan gugus yang berbeda dinamai sesuai urutan alfabet. Contohnya, CHCl3 (kloroform) adalah triklorometana. Anestetik Halotana (CF3CHBrCl) adalah 2-bromo-2-kloro-1,1,1-trifluoroetana.

Keton

IUPAC-ketone.svg
Secara umum penamaan pada keton (R-CO-R) adalah berakhiran "-on" dengan sisipan di tengah adalah nomor posisi: CH3CH2CH2COCH3 disebut 2-pentanon. Jika terdapat imbuhan gugus fungsi lainnya yang berprioritas lebih tinggi, maka awalan "okso-" yang digunakan: CH3CH2CH2COCH2CHO disebut 3-oksoheksanal.

Aldehida

IUPAC-aldehyde-Indo.svg
Aldehida (R-CHO) mempunyai akhiran "-al". Jika terdapat gugus fungsi lainnya, maka karbon aldehida pada rantai tersebut berada pada posisi "1", kecuali terdapat gugus fungsi lainnya yang berprioritas lebih tinggi
Jika dibutuhkan awalan bentuk, maka imbuhan "okso-" digunakan (sama seperti keton), dengan nomor posisi mengindikasikan akhir rantai: CHOCH2COOH disebut asam 3-oksopropanoat. Jika karbon pada gugus karbonil tidak dapat dimasukkan ke dalam rantai karbon (misalnya dalam kasus aldehida siklik), maka digunakan awalan "formil-" atau akhiran "-karbaldehida": C6H11CHO disebut sikloheksanakarbaldehida. Jika aldehida terhubung ke benzena dan merupakan gugus fungsi utama, maka sufiksnya menjadi benzaldehida.

Eter

IUPAC-ether-Indo.svg
Eter (R-O-R) terdiri dari sebuah atom oksigen yang berada di antara 2 rantai karbon yang menyambung. Rantai yang lebih pendek di antara 2 rantai karbon itu menjadi awal nama dengan sufiks "-ana" menjadi "-oksi". Rantai alkana yang lebih panjang menjadi akhir nama eter tersebut. Sehingga CH3OCH3 disebut metoksimetana, dan CH3OCH2CH3 disebut metoksietana (bukan etoksimetana). Jika oksigen tidak tersambung pada akhir rantai utama alkana, maka seluruh rantai pendek gugus alkil beserta eter dianggap sebagai rantai samping dan diberikan imbuhan nomor yang sesuai dengan posisi ikatan rantai tersebut dengan rantai utama. Maka CH3OCH(CH3)2 disebut 2-metoksipropana.

Ester

IUPAC-ester-1.svg
Ester (R-CO-O-R') adalah nama turunan alkil dari asam karboksilat. Gugus alkil (R') disebut pertama kali. Bagian R-CO-O kemudian dinamai dengan kata terpisah sesuai dengan nama asam karboksilatnya, dengan nama terakhirnya berakhiran dengan -oat. Contohnya, CH3CH2CH2CH2COOCH3 disebut metil pentanoat, dan (CH3)2CHCH2CH2COOCH2CH3 disebut etil 4-metil pentanoat. Untuk ester semacam etil asetat(CH3COOCH2CH3), etil format (HCOOCH2CH3) atau dimetil fitalat yang berasal dari asam, maka IUPAC tetap menyarankan tetap memakai nama ini. Beberapa contoh sederhana ditunjukkan dalam gambar.
IUPAC-ester-2.svg
Jika gugus alkil tidak terhubung di akhir rantai, maka letak posisi yang terhubung dengan gugus ester diberi imbuhan "-il": CH3CH2CH(CH3)OOCCH2CH3 disebut 2-butil propanoat atau 2-butil propionat.

Amina dan amida

IUPAC-amine.svg
Amina (R-NH2) adalah gugus fungsi yang namanya diambil dari rantai alkana yang mendapatkan imbuhan "-amina" (contoh: CH3NH2 Metil amina). Jika dibutuhkan, maka posisi berikatan juga diberi imbuhan: CH3CH2CH2NH2 1-propanamina, CH3CHNH2CH3 2-propanamina. Imbuhan di depan adalah "amino-".
Untuk amina sekunder (rumus umum R-NH-R), rantai karbon terpanjang akan terhubung dengan atom nitrogen dan menjadi nama utama amina tersebut, rantai yang lainnya dinamai dengan gugus alkil, lokasi gugus yang berikatan dengan gugus fungsi diberi huruf miring N: CH3NHCH2CH3 disebut dengan N-methiletanamida. Amina tersier (R-NR-R) juga dinamai mirip: CH3CH2N(CH3)CH2CH2CH3 disebut N-etil-N-metilpropanamida. Juga, nama gugus alkil diurutkan sesuai alfabet.
IUPAC-amide.svg
Amida (R-CO-NH2) diberi tambahan kata "-amida", atau "-karboksamida" jika karbon di dalam gugug amida tidak termasuk dalam rantai utama. Imbuhan kata di depan biasanya diberi kata "karbamol-" dan "amido-".
Amida sekunder dan tersier juga dinamai sama dengan amina: ranai alkana yang terhubung dengan atom nitrogen diperlakukan sebagai substituen dengan letak gugus alkil diberi prefiks N: HCON(CH3)2 disebut N,N-dimetilmetanamida.


TATA NAMA SENYAWA ANORGANIK

TATA NAMA SENYAWA ANORGANIK

Yang akan di bahas pada tata nama senyawa anorganik ini antara lain : tata nama senyawa biner, poliatomik, basa, dan asam. Berikut adalah penjelasannya.

1. TATA NAMA SENYAWA BINER

Senyawa biner adalah senyawa yang tersusun atas dua unsur. Kadua unsur itu dapat berupaunsur logam dan unsur nonlogam atau unsur nonlogam dan unsur nonlogam. Unsur logam dalam senyawa biner biasanya merupakan kation (ion positif) (Baca juga tentang reaksi  dan pembentukan ion disini sedangkan unsur nonlogam dalam senyawa biner biasanya merupakan anion (ion negatif).

A. TATA NAMA SENYAWA BINER LOGAM DAN NONLOGAM

Terdapat tiga aturan untuk penamaan senyawa yang tersusun atas unsur logam dan unsur nonlogam. Berikut adalah aturannya :
  • Untuk unsur logam yang hanya mempunyai satu bilangan oksidasi (baca juga cara menentukan bilangan oksidasi disini), penamaannya dengan cara menyebutkan nama unsur nonlogam didepan dan kemudian nama unsur nonlogam disertai akhiran ida

Nama unsur logam + nama unsur nonlogam –ida
Contoh :
  1. LiF = Li (litium) + F (flour) = Litium Flourida
  2. MgCl2 = Mg (magnesium) + Cl(klor) = Magnesium Klorida
  3. BeO = Be (berrilium) + O (oksigen) = Berrilium Oksida
  4. K2S = K (Kalium) + S (sulfur) = Kalium Sulfida
  5. Al2O3 = Al (alumunium) + O (oksigen) = Alumunium Oksida
  6. MgBr2 = Mg (magnesium) + Br (bromium) = Magnesium Bromida


  • Untuk unsur logam yang mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi, penamaan adalah dengan cara menuliskan nama unsur logam disertai dengan menuliskan bilangan oksidasinya dengan menggunakan angka romawi di dalam tanda kurung dan nama nonlogam di belakang disertai akhiran –ida. Untuk penamaan dengan metode ini dapat dengan menggunakan nama lokal atau nama dagang untuk nama unsur logamnya.

Nama unsur nonlogam (bilangan oksidasi dalam angka romawi) + nama unsur nonlogam –ida
Contoh :
  1. CuCI = Tembaga (I) Klorida
  2. SnO = Timah (II) Oksida
  3. CuCI2 = Tembaga (II) Klorida
  4. SnO2 = Timah (IV) Oksida
  5. PbO = Timbel (II) Oksida
  6. CuI2 = Tembaga (II) Iodida
  7. MnO2 = Mangan (IV) Oksida
  8. AgF = Perak (I) Flourida
  9. HgO = Mercuri (II) Oksida
  10. PbCl2 = Timbel (II) Klorida
  11. Fe2O3 = Besi (III) Oksida
  12. SnF2 = Timah (II) Flourida
  13. AuCl3 = Emas (III) Klorida


  • Untuk unsur logam yang mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi, ada dua cara :

  1. Jika bilangan oksidasi pada unsur logam lebih kecil, maka diakhiri dengan –o
  2. Jika bilangan oksidasi pada unsur logam lebih besar, maka diakhiri dengan –i

Nama unsur logam –i atau –o + nama unsur nonlogam
TIPS
Cara mengetahui apakah bilangan oksidasi suatu unsur lebih besar atau lebih kecil adalah dengan melihat SPU (Sistem Periodik Unsur). Lihatlah tepat diatas lambing unsur, angka tersebut merupakan angka yang menunjukkan bilangan oksidasi suatu unsur. Misal unsur H hanya mempunyai satu bilangan oksidasi, yaitu +1, sementara unsur Fe mempunyai dua bilangan oksidasi, yaitu +2, dan +3 (artinya bilangan oksidasi +2 merupakan bilangan oksidasi kecil dari unsur Fe, dan bilangan oksidasi +3 merupakan bilangan oksidasi besar dari unsur Fe).
Contoh :
  1. PbO = Plumbo Oksida (bilangan oksidasi Pb = +2 => lebih kecil)
  2. CuCI2 = Cupri Iodida (bilangan oksidasi Cu = +2 => lebih besar)
  3. CuCl = Cupro Klorida (bilangan oksidasi Cu = +1 => lebih kecil)
  4. CuCl2 = Cupri Klorida (bilangan oksidasi Cu = +2 => lebih besar)
  5. FeCI2 = Ferro Klorida (bilangan oksidasi Fe = +2 => lebih kecil)
  6. FeCl3 = Ferri Klorida (bilangan oksidasi Fe = +3 => lebih besar)
  7. HgO = Hidra Argiri Oksida (bilangan oksidasi Hg = +2 => lebih besar)
  8. FeO3 = Ferri Oksida (bilangan oksidasi Fe = +3 => lebih besar)
  9. SnF2 = Stanno Flourida (bilangan oksidasi Sn = +2 => lebih kecil)
  10. AuCl3 = Auri Klorida (bilangan oksidasi Fe = +3 => lebih besar)

B. TATA NAMA SENYAWA BINER NONLOGAM DAN  NONLOGAM

  • Unsur dengan atom (baca juga teori perkembangan atom disini) yang cenderung bermuatan positif, diletakkan didepan. Sementara unsur dengan atom yang cenderung bermuatan negatif diletakkan dibelakang. Adapun urutannya adalah sebagai berikut :

B – Si – C – Sb – As – P – N – H – Te – Se – S – I – Br – CI – O – F
Contoh :
  1. Amonia = NH3 bukan H3N
  2. Air = H2O bukan OH2

  • Penulisan senyawa nonlogam dan nonlogam adalah, dengan menuliskan nama unsur nonlogam diawali dengan awalan yang menunjukkan jumlah unsur nonlogam dan nama unsur nonlogam diawali dengan awalan yang menunjukan jumlah unsur nonlogam serta diikuti dengan akhiran –ida. Awalan pada yang menunjukan jumlah unsur nonlogam ditulis dengan bahasa yunani. Untuk awalan yang menunjukkan jumlah satu pada unsur nonlogam yang didepan tidak perlu ditulis

(awalan yang menunjukkan jumlah unsur nonlogam) - nama unsur nonlogam + (awalan yang menunjukkan jumlah unsur nonlogam) – nama unsur nonlogam –ida
Jumlah unsur yang menunjukkan jumlah unsur dalam bahasa yunani
  • Satu = mono
  • Dua = di
  • Tiga = tri
  • Empat = tetra
  • Lima = penta
  • Enam = heksa
  • Tujuh = hepta
  • Delapan = okta
  • Sembilan = nona
  • Sepuluh = deka

Contoh :
  1. PCl3 = Fosfor Triklorida (indeks 1 pada unsur P tidak perlu ditulis)
  2. N2O3 = Dinitrogen Trioksida
  3. NO = Nitrogen Oksida
  4. CCI4 = Karbon Tetraklorida
  5. NO2 = Nitrogen Dioksida
  6. SO2 = Sulfur Dioksida
  7. SO3 = Sulfur Trioksida
  8. N2O5 = Dinitrogen Pentaoksida
  9. CI2O7 = Dikloro Heptaoksida
  10. CO2 = Karbon Dioksida

2. TATA NAMA SENYAWA ASAM

Asam merupakan zat yang menghasilkan ion hIdrogen (H+) jika dilarutkan ke dalam air. Untuk senyawa asam biner, tata namanya diawali dengan kata asam dan diikuti dengan nama unsur yang mengikutinya. Sedangkan untuk senyawa asam poliatomik, penamaannya diawali dengan kata asam dan diikuti dengan sisanya, yaitu anion.
daftar nema ion positif kation
daftar nama ion negatif
Asam + sisanya
Contoh :
  1. HBr = Asam Bromida
  2. H2CO3 = Asam Karbonat
  3. H2SO4 = Asam Sulfat
  4. H2SO3 = Asam Sulfit
  5. H3PO4 = Asam Fosfat
  6. H3PO3 = Asam Fosfit
  7. HNO2 = Asam Nitrit
  8. HNO3 = Asam Nitrat
  9. H2C2O4 = Asam Aksalat
  10. CH3COOH = Asam Asetat

3. TATA NAMA SENYAWA BASA

Basa merupakan zat yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) jika dilarutkan di dalam air. Tata nama senyawa logam adalah tata nama unsur logam dan diikuti –hidroksida.
Tata nama logam + hidroksida
Contoh :
  1. Al(OH)3 = Alumunium Hidroksida
  2. Ba(OH)2 = Barium Hidroksida
  3. Cu(OH)2 = Tembaga (II) Hidroksida atau Cupri Hidroksida (bilangan oksidasi CU = +2, lebih besar)
  4. Fe(OH)3 = Besi (III) Hidroksida atau Ferri Hidroksida (bilangan oksidasi Fe = +3. Lebih besar)
  5. AgOH = Perak Hidroksida
  6. Au(OH)2 = Emas (II) Hidroksida atau Aurri Hidroksida (bilangan oksidasi Au = +2, lebih besar)
  7. Be(OH)2 = Berrilium Hidroksida
  8. Pb(OH)4 = Timbal (IV) atau Plumbi Hidroksida (bilangan oksidasi Pb = +4, lebih besar)

4. TATA NAMA SENYAWA POLIATOMIK

Untuk senyawa poliatomik ini, anda harus bisa menerapkan tata nama senyawa biner, baik logam dan nonlogam maupun nonlogam dan nonlogam, serta tabel kation dan anion. Untuk senyawa poliatomik yang tersusun atas kation dan anion poliatomik, susunannya adalah kation diikuti dengan nama anion.

Contoh :
  1. MgCO3 = Magnesium Karbonat
  2. KClO3 = Kalium Klorat
  3. Fe(NO3)3 = Besi (III) Nitrat atau Ferri Nitrat (Perhatikan unsur logam dan kationnya)